Senin, 19 Maret 2012

Metode Penemuan Discovery


Menurut Sagala (2005: 196), metode ini bertolak dari padangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai kemampuan yang dimilikinya. Peranan guru lebih banyak menetapkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar. Metode discovery merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah, metode ini menempatan siswa belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam memecahan masalah.
       Metode discovery adalah suatu metode di mana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang selama ini secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja (Suryosubroto, 2008: 192).

A.    Langkah-langkah Metode discovery
       Menurut Gilstrap (dalam Suryosubruto, 2008: 197) mengemukakan langkah-langkah yang harus ditempuh kalau seorang guru melaksanakan metode discovery.
       Langkah-langkah yang harus dikerjakan itu ialah :
1)      Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realistis untuk mengajar dengan penemuan.
2)      Seleksi pendahuluan, atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubunganya dengan apa yang akan dipelajari.
3)      Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan.
4)      Bercakap-cakap dengan siswa untuk membantu menjelaskan peranan.
5)      Menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan.
6)      Mengecek pengertian siswa tentang masalah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan.
7)      Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan.
8)      Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai sebuah tabung yang diamatinya dan dicatatnya.
9)      Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatanya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum.
10)  Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajar, walaupun sebagai atas tanggung jawabnya sendiri.
11)  Memberi jawaban dengan tepat dan cepat dengan data dan informasi kalau ditanya dan kalau ternyata diperlukan siswa dalam kelangsungan kegiatannya.
12)  Memimpin anlisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengindentifikasi proses.
13)  Mengajarkan keterampilan untuk belajar dengan penemuan yang diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan.
14)  Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul.
15)  Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat yang sederhana.
16)  Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandangan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar.
17)  Membesarkan siswa untuk memperkuat pertanyaannya dengan alasan dan fakta.
18)  Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau kepada guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa yang mengindentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri.
19)  Membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan, ide, generalisasi  atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan.
20)  Mencek  apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya pengertian atau teori atau teknik, dalam situasi berikutnya; situasi dimana siswa bekas menentukan pendekatannya (Suryosubruto, 2008: 200).
     Kebaikan metode discovery ialah :
1)      Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itru dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk menemukan; jadi seorang belajar bagaimana belajar itu.
2)       Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh.
3)      Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasa jernih payah penyelidikan, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan.
4)      Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibah dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus.
5)      Metode ini dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatsi kondisi yang mengecewakan.
6)      Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide.
7)      Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak(Suryosubroto, 2008: 201).
     Kelemahan metode discovery ialah :
1)      Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini, misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan pikiran jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak.
2)      Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar, misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori.
3)      Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.
4)      Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan.
5)      Dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide mungkin tidak ada.
Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berfikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-prose dibawah pembunaannya (Suryorubroto, 2008: 202