Menurut Sagala (2005: 196), metode ini bertolak dari
padangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai
kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai kemampuan yang
dimilikinya. Peranan guru lebih banyak menetapkan diri sebagai pembimbing atau
pemimpin belajar dan fasilitator belajar. Metode discovery merupakan pendekatan
mengajar yang berusaha meletakan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah,
metode ini menempatan siswa belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam
memecahan masalah.
Metode discovery
adalah suatu metode di mana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan
siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang selama ini secara tradisional
biasa diberitahukan atau diceramahkan saja (Suryosubroto, 2008: 192).
A.
Langkah-langkah
Metode discovery
Menurut
Gilstrap (dalam Suryosubruto, 2008: 197) mengemukakan langkah-langkah yang
harus ditempuh kalau seorang guru melaksanakan metode discovery.
Langkah-langkah yang harus dikerjakan itu ialah :
1)
Menilai
kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk menentukan
tujuan yang berguna dan realistis untuk mengajar dengan penemuan.
2)
Seleksi
pendahuluan, atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip,
generalisasi, pengertian dalam hubunganya dengan apa yang akan dipelajari.
3)
Mengatur
susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas
pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan.
4)
Bercakap-cakap
dengan siswa untuk membantu menjelaskan peranan.
5)
Menyiapkan
suatu situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan.
6)
Mengecek
pengertian siswa tentang masalah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan
penemuan.
7)
Menambah
berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan.
8)
Memberi
kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data,
misalnya tiap siswa mempunyai sebuah tabung yang diamatinya dan dicatatnya.
9)
Mempersilahkan
siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatanya sendiri,
sehingga memperoleh tilikan umum.
10) Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman
belajar, walaupun sebagai atas tanggung jawabnya sendiri.
11) Memberi jawaban dengan tepat dan cepat dengan data dan
informasi kalau ditanya dan kalau ternyata diperlukan siswa dalam kelangsungan
kegiatannya.
12) Memimpin anlisisnya sendiri melalui percakapan dan
eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengindentifikasi
proses.
13) Mengajarkan keterampilan untuk belajar dengan penemuan
yang diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan.
14) Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya
merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang
terkumpul.
15) Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan
tingkat yang sederhana.
16) Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandangan dan
tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik
kesimpulan yang benar.
17) Membesarkan siswa untuk memperkuat pertanyaannya dengan
alasan dan fakta.
18) Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan,
misalnya seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau kepada guru tentang
berbagai tingkat kesukaran dan siswa yang mengindentifikasi hasil dari
penyelidikannya sendiri.
19) Membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan,
ide, generalisasi atau pengertian yang
menjadi pusat dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi
penemuan.
20) Mencek apakah
siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya pengertian atau teori
atau teknik, dalam situasi berikutnya; situasi dimana siswa bekas menentukan
pendekatannya (Suryosubruto, 2008: 200).
Kebaikan
metode discovery ialah :
1)
Dianggap
membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan
keterampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itru dilibatkan terus
dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk
menemukan; jadi seorang belajar bagaimana belajar itu.
2)
Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat
pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh.
3)
Strategi
penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasa jernih payah
penyelidikan, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan.
4)
Metode
ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih
merasa terlibah dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada
suatu proyek penemuan khusus.
5)
Metode
ini dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan
pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa
sanggup mengatsi kondisi yang mengecewakan.
6)
Strategi
ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan kepada mereka dan guru
berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide.
7)
Membantu
perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat untuk menemukan kebenaran
akhir dan mutlak(Suryosubroto, 2008: 201).
Kelemahan
metode discovery ialah :
1)
Dipersyaratkan
keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini, misalnya siswa yang
lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan pikiran jika berhadapan
dengan hal-hal yang abstrak.
2)
Metode
ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar, misalnya sebagian besar waktu
dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori.
3)
Harapan
yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang
sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.
4)
Mengajar
dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh
pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan.
5)
Dalam
beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide
mungkin tidak ada.
Strategi ini mungkin
tidak akan memberi kesempatan untuk berfikir kreatif, kalau
pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh
guru, demikian pula proses-prose dibawah pembunaannya (Suryorubroto, 2008: 202